Sinetron atau serial televisi
barangkali sudah menjadi tayangan televisi Indonesia yang paling eksis
sejak dulu. Kisah-kisah kehidupan yang dibumbui drama dan ditayangkan
secara bertahap menjadi cirri khas Sinetron Indonesia. Tak
jarang penggambaran tokoh yang hiperbolis dan terlalu berlebihan menjadi
senjata ampuh kesuksesan sinetron. Tetapi justru ini yang membuat
pemirsanya semakin penasaran dan terbawa dalam haru biru cerita.
Akibat terlalu larut dalam fiksi yang ditayangkan Sebuah sinetron,
pikiran pemirsapun turut serat berubah dalam menilai artis/aktor yang
berperan dalam sinetron yang diikutinya. Tokoh Protagonis yang
memerankan peran baik-baik menjadi idola, sementara itu tokoh antagonis
yang memerankan tokoh jahat menjadi Public enemy untuk penikmat
sinetron. Perspektif masyarakat pecinta sinetron tak terbatas pada
hiburan semata antara penonton dan layar kaca. Kenyataannya, public figure
yang berperan antagonis dalam sinetron juga dibenci dan bahkan mendapat
caci-maki dari pemirsa sinetron. Beberapa sinetro yang paling popular
di Indonesia adalah Tersanjung, Pernikahan Dini, Cinta Fitri, Para
Pencari Tuhan dan yang paling baru Emak Ijah pengen ke Mekkah serta
Tukang Bubur Naik Haji.
Jika menghitung jumlah sinetron yang
pernah tayang di televisi Indonesia mungkin akan cukup sulit. Mengingat
sejak dulu, program ini paling diminati masyarakat. Ribuan judul
sinetron dengan ragam genre pernah tayang di televisi nasional. Berbagai kisah diangkat dalam ke layar kaca. Mulai
dari sinetron Kolosal (Jaka Tingkir, Tutur Tinular, dsb), Drama Remaja
hingga sinetron adaptasi kerap kali menjadi topik yang dikemas dalam
sebuah sinetron. Produksi sinetron yang sangat intens setiap tahun tak
jarang juga menciptakan ide cerita yang hampir sama dengan sinetron
lain. Tak heran, banyak pemirsa televisi yang tidak mengemari
Sinetron. Cerita yang sudah dapat ditebak ditambah harus membuang waktu
dengan menunggu episode demi episode menjadi alasan untuk tidak
mengikuti Sinetron. Sinetron Remaja contohnya bisa ditebak alur cerita
pasti menggambarkan sekolah mewah yang diisi siswa-siswa hedonis yang
berperan sebagai antagonis, tokoh protagonisnya adalah murid yang miskin
yang ternyata posisinya tertukar sejak lahir dengan tokoh antagonis.
Anehnya lagi, walau mengambil setting di sekolah, adegan
belajar-mengajar sangat minim. Sinetron kolosal yang berkisah sejarah
Indonesia, ceritanya malah melenceng dan mengada-ada (Tutur Tinular).
Dan ini terjadi di hampir semua sinetron yang ditayangkan. Sengaja atau
tidak, ide cerita yang sama dengan pemeran berbeda sudah menjadi
kewajaran di sinetron Indonesia. Toh, tidak pernah ada
persoalan tentang plagiarism sesama rumah produksi sinetron. Lalu
bagaimana jika plagiat dilakukan terhadap serial tv negara lain?
RCTI sebagai salah satu televisi nasional yang paling produktif menayangkan sinetron mengalami hal ini. Penayangan sinetron perdananya pada 28 April 2014 lalu berjudul Kau yang Berasal dari Bintang mendapat tuduhan plagiat dari SBS, stasiun televisi Korea. Pasalnya sinetron Kau yang Berasal dari Bintang (KYBDR) tersebut dinilai meniru 100 % drama Korea berjudul Man from the Stars tanpa izin dari SBS. Sinetron KYBDR ini dibintangi oleh Nikita Willy dan Morgan, eks Smash.
Tak berbeda dengan versi koreanya, Sinetron ini bercerita tentang alien
yang turun ke bumi dan jatuh cinta dengan seorang artis top yang tak
sengaja dijumpainya. Versi Koreanya sendiri telah ditayangkan akhir
tahun 2013 lalu dan menjadi program popular di televisi Korea, bahkan
kedua pemeran utamanya Kim Soo Hyun dan Jun Ji Hyun menjadi selebritis popular di negeri ginseng berkat aktingnya di drama tersebut.
Sementara itu KYBDR telah sempat ditayangkan
sebanyak tiga episode (28/4-30/4) di RCTI. Namun penikmat sinetron dan
drama korea yang menyadari kemiripan tersebut segera melakukan protes
kepada RCTI dan menjadi awal mencuatnya kasus plagiat ini. Bahkan, pihak
SBS mengakui tindakan plagiat ini dan akan menindaklanjuti kasus ini.
Seperti dikutip dari artikel di soompi.com , Pihak SBS menyatakan kasus tersebut adalah Plagiat dan Indonesia tanpa izin menayangkan ide cerita yang sama:
“The drama has not been made after acquiring the legal publishing rights. It can be considered to be a plagiarized version.”
Aksi jiplak yang dilakukan oleh RCTI ini bukti nyata dari dangkalnya kreativitas produksi televisi Indonesia.
Selain itu kebiasaan ingin mencetak sukses instan seperti yang diraih
acara yang dijiplak makin membuat mereka malas untuk memikirkan ide-ide
baru. Tak hanya dunia sinetron, lihat saja sekarang hampir semua acara
televisi seragam menayangkan dangdut dadakan karena kesuksesan salah
satu program demikian. Sebenarnya, RCTI melalui production housenya seringkali
mengadaptasi cerita-cerita luar untuk tema sinetronnya. Namun kali ini,
dengan berat hati RCTI harus mengakhiri sinetron tersingkatnya ini
karena ‘ketahuan nyolong’ . dan pecinta sinetron Nikita willy pun harus
menahan diri, karena secara resmi sinetron tersebut berakhir dengan tiga episode. Baca di tempo.co Sinetron Kau Yang Berasal dari Bintang dihentikan RCTI.
Kasus plagiarism memang marak terjadi di
Indonesia belakangan ini. Puncaknya penjiplakan artikel yang dituding
dilakukan Anggito Abimanyu beberapa waktu lalu yang berjudul “Gagasan Asuransi Bencana” yang diterbitkan Kompas,
Senin, 10 Februari lalu dan diduga menjiplak artikel Hotbonar Sinaga
yang diterbitkan di media yang sama. Sejak itu kasus plagiat mendapat
perhatian di Indonesia.
Tindakan plagiat dalam bentuk apapun adalah
tindakan memalukan dan mencerminkan budaya malas dan melemahnya
kreatifitas bangsa. RCTI membuktikannya dengan menayangkan drama Korea
dengan judul dan pemeran berbeda. Bayangkan saja, untuk sinetron yang
peminatnya orang Indonesia kita sudah disuguhi materi jiplakan yang
menjual karya negara lain. dan itu tanpa izin ditayangkan ke seluruh
Indonesia. RCTI seharusnya malu karena secara tidak langsung telah mengajarkan tindakan tidak baik.
Sudah hampir semua teknologi yang ditiru oleh Indonesia dari negara
lain, apa hal sekecil ‘drama’pun harus dicontek? Miris bangsa ini.